Senin, 30 Januari 2017

STANDARISASI LARUTAN NaOH 1 M DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN (Laporan Praktikum Kimia Pertanian)



STANDARISASI LARUTAN NaOH 1 M DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
(Laporan Praktikum Kimia Pertanian)





Description: H:\Logo-Unlam.png



Oleh :
KELOMPOK 6C
USWATUN KASANAH (1610515220026)











FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016








DAFTAR ISI
                                                                                                              Halaman
DAFTAR ISI .........................................................................................               i
DAFTAR TABEL .................................................................................              ii
PENDAHULUAN.................................................................................              1
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................              3
BAHAN DAN METODE .....................................................................              6
Waktu dan Tempat......................................................................              6
Alat dan Bahan............................................................................              6
        Alat......................................................................................              6
        Bahan..................................................................................              6
Prosedur Kerja.............................................................................              7
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................              9
Hasil.............................................................................................              9
            Pembahasan.................................................................................            10
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................            12
Kesimpulan..................................................................................            12
Saran............................................................................................            12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................            13
LAMPIRAN...........................................................................................            15


DAFTAR TABEL
                                                                                                                  Halaman
Tabel 1. Penimbangan Asam Oksalat......................................................               9
Tabel 2. Penentuan Molaritas NaOH......................................................               9
Tabel 3. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan..............................               9











PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa (Icha, 2010).
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Suharno, 2011).
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam natrium ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air (Rian, 2015).
Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu, larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7) sedangkan garam ang tersusun dari asam dan basa kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7). Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis sudah benar atau belum. Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar (Nikmatul, 2011).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka perdagangan.









TINJAUAN PUSTAKA
            Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen (Pram, 2010).
 Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat  penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Pram, 2010)
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Suharno, 2011).
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam organik lain (Fatmawati, 2010).
(NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia (Hasugian, 2012).
                Asam Asetat (Cuka) adalah merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri penting. dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Afif, 2012).
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna merah jambu dalam bentuk In– basa (Meysa, 2012).
Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral adalah pelarut yang universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral (Puspitasari, 2012).








BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 12.10 s.d. 13.10 WITA di Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Labu Ukur 100 ml
2.      Buret 50 ml
3.      Erlenmeyer
4.      Pipet Eppendorf
5.      Statip
6.      Spatula
7.      Gelas Piala
8.      Gelas Beker
2.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1.      Asam Oksalat
2.      Lar. NaOH
3.      Asam cuka perdagangan
4.      Indikator PP
5.      Akuades
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
a.    Penimbangan
1.    Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2.    Bersihkan gelas piala dengan tisyu.
3.    Nyalakan neraca analitik, letakkan gelas piala dan atur neraca analitik hingga (0)
4.    Timbang sejumlah (±1,26 g) asam oksalat ke dalam gelas piala.
5.    Timbang berat gelas piala dan isinya dengan telilti pada neraca analitik
6.    Pindahkan isi gelas piala ke wadah lain  yang bersih
7.    Timbang kembali bobot berisi sisa zat yang telah dipindahkan pada langkah (6). Berat zat yang dipindahkan dapat dihitung dari selisih berat pada langkah (5) dan (7).

b.   Penentuan Molaritas NaOH
1.    Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan standar asam oksalat yang telah disiapkan.
2.    Dituang 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 ml air suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.
3.    Titrasi dilakukan 3 kali.

c.    Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1.    Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100 ml.
2.    Diambil 10 ml larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml atau 250 ml dan ditambanh 2 tetes indikator pp.
3.    Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4.    Titrasi dilakukan 3 kali.
5.    Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat perdagangan).

d.   Efaluasi
     Pada sesi efaluasi, hal yang dilakukan adalah mengingat kembali materi praktikum yang telah di lakukan selama semester 1 yang terdiri atas pengenalan alat laboratotium, titrasi dan reaksi stoikiometri larutan.