STANDARISASI
LARUTAN NaOH 1 M DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
(Laporan
Praktikum Kimia Pertanian)

Oleh
:
KELOMPOK 6C
USWATUN KASANAH
(1610515220026)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................. ii
PENDAHULUAN................................................................................. 1
TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................... 3
BAHAN DAN METODE ..................................................................... 6
Waktu
dan Tempat...................................................................... 6
Alat
dan Bahan............................................................................ 6
Alat...................................................................................... 6
Bahan.................................................................................. 6
Prosedur
Kerja............................................................................. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 9
Hasil............................................................................................. 9
Pembahasan................................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 12
Kesimpulan.................................................................................. 12
Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 13
LAMPIRAN........................................................................................... 15
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1. Penimbangan Asam Oksalat...................................................... 9
Tabel 2. Penentuan Molaritas NaOH...................................................... 9
Tabel 3. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan.............................. 9
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asidi dan alkalimetri termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan
kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan
baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa. Oleh sebab itu, keduanya
disebut juga sebagai titrasi asam-basa (Icha, 2010).
Titrasi adalah proses mengukur
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain
yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan
lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen
perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati,
karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal
ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik
akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana
penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna
indikator (Suharno, 2011).
Pada titrasi asam asetat dengan
NaOH akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam
natrium ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion
asam asetat akan terhidrolisis oleh air (Rian, 2015).
Ion asetat akan
terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion
hidroksi. Oleh karena itu, larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti
natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun
dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7)
sedangkan garam ang tersusun dari asam dan basa kuat, larutan dalam air akan
bersifat netral (pH=7). Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan
diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis sudah benar atau belum. Analisis
dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH
standar (Nikmatul, 2011).
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan
standar asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka perdagangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Asidimetri adalah pengukuran
konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri
adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh
sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah
proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.
Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen (Pram, 2010).
Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan
bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar
diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan
keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator (Pram, 2010)
Indikator adalah zat yang
ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya
indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi
secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir
titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi
sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Suharno, 2011).
Asam oksalat adalah senyawa kimia
yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000
kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat,
juga agen pereduktor. Asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya terdiri
dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat
berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam
oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam
organik lain (Fatmawati, 2010).
(NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan
di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam
proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia
(Hasugian, 2012).
Asam Asetat (Cuka) adalah merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri penting. dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Afif, 2012).
Asam Asetat (Cuka) adalah merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri penting. dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Afif, 2012).
Indikator
asam basa umumnya berupa molekul organik yang bersifat asam lemah dengan rumus
HIn. Indikator memberikan warna tertentu ketika ion H+ dari larutan asam
terikat pada molekul HIn dan berbeda warna ketika ion H+ dilepaskan dari
molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam basa adalah fenolftalein
(PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya murah. Indikator PP tidak
berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna merah jambu dalam bentuk In– basa
(Meysa, 2012).
Aquades
adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni atau H2O, kerena
H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral adalah pelarut yang
universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai
partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Dalam siklusnya di
dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam
berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena
mengandung banyak mineral (Puspitasari, 2012).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal
12 Desember 2016 pukul 12.10 s.d. 13.10 WITA di Laboratorium Kimia, Fisika dan
Biologi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Labu Ukur 100 ml
2. Buret 50 ml
3. Erlenmeyer
4. Pipet Eppendorf
5. Statip
6. Spatula
7. Gelas Piala
8. Gelas Beker
2.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Asam Oksalat
2. Lar. NaOH
3. Asam cuka perdagangan
4. Indikator PP
5. Akuades
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
a.
Penimbangan
1.
Siapkan alat dan
bahan yang akan di gunakan
2.
Bersihkan gelas
piala dengan tisyu.
3.
Nyalakan neraca
analitik, letakkan gelas piala dan atur neraca analitik hingga (0)
4.
Timbang sejumlah
(±1,26 g) asam oksalat ke dalam gelas piala.
5.
Timbang berat
gelas piala dan isinya dengan telilti pada neraca analitik
6.
Pindahkan isi
gelas piala ke wadah lain yang bersih
7.
Timbang kembali
bobot berisi sisa zat yang telah dipindahkan pada langkah (6). Berat zat yang
dipindahkan dapat dihitung dari selisih berat pada langkah (5) dan (7).
b.
Penentuan Molaritas NaOH
1. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan
standar asam oksalat yang telah disiapkan.
2. Dituang 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer,
ditambah 10 ml air suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan
larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.
3. Titrasi dilakukan 3 kali.
c.
Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1. Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet
ukur, kemudian dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan
hingga volume 100 ml.
2. Diambil 10 ml larutan encer (1), dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ukuran 125 ml atau 250 ml dan ditambanh 2 tetes indikator pp.
3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar
hingga terjadi perubahan warna.
4. Titrasi dilakukan 3 kali.
5. Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam
pencuci (sisa asam asetat perdagangan).
d.
Efaluasi
Pada sesi efaluasi, hal yang dilakukan
adalah mengingat kembali materi praktikum yang telah di lakukan selama semester
1 yang terdiri atas pengenalan alat laboratotium, titrasi dan reaksi
stoikiometri larutan.
BalasHapusAwalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'