LAPORAN
PRAKTEK
KERJA KETERAMPILAN
PARAMEDIK
VETERINER
DI
KOPERASI SUSU “SAE”
PUJON KABUPATEN MALANG
JAWA TIMUR
OLEH
:
USWATUN
KASANAH
NIS.
16.1.002.5.13.028
PEMERINTAH
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DINAS
PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SMK
– PP NEGERI PELAIHARI
2015
LAPORAN
PRAKTEK KERJA KETERAMPILAN
PARAMEDIK VETERINER
DI
KOPERASI SUSU “SAE” PUJON
KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
OLEH :
Uswatun Kasanah
NIS.16.1.002.5.13.028
Laporan ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Praktek Kerja Keterampilan Paramedik Veteriner pada Semester 2 kelas XII
di Sekolah Menengah Kejuruan – Pertanian Pembangunan Negeri Pelaihari
Tahun Ajaran
2015/2016
Disahkan pada tanggal, November 2015
Pembimbing Intern
Drh. Sujoni, M.Sc
NIP. 19790127 200501 1 009
Penguji
I Penguji
II
Drh. Arief Febianto Drh. Irawati Riawan, M.Pd
NIP.
19810228 201001 1 010 NIP.
19800101 200903 2 006
Mengetahui,
Kepala SMK - SPP Negeri Pelaihari
H. Syamsuri, Sp.t, MM
NIP. 19630314
198403 1 009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Praktik Kerja Keterampilan (PKK) paramedik veteriner ini dengan baik. Laporan ini disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan PKK yang telah dilaksanakan di
Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi
(SAE) Pujon, Malang, Jawa Timur.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1.
Bapak
H. Syamsuri, Sp.t, MM selaku Kepala SMK-PP Negeri Pelaihari Provinsi Kalimantan Selatan.
2.
Bapak Drh. Sujoni, M.Sc, selaku pembimbing intern.
3.
Bapak Wahyu Binawan selaku petugas inseminator sekaligus pembimbing eksteren beserta seluruh keluarga.
4.
Orang
tua yang telah mendoakan dan mendukung, serta semua pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan
PKK paramedik veteriner ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan bimbingan yang membangun demi kesempurnaan laporan PKK ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pelaihari,
November 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................... i
Lembar Pengesahan....................................................................................... ii
Kata
Pengantar.............................................................................................. iii
Daftar
Isi........................................................................................................ iv
Daftar Tabel................................................................................................... v
Daftar Gambar............................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2
Tujuan................................................................................................. 2
BAB II
PELAKSANAAN........................................................................... 3
2.1
Waktu dan Tempat.............................................................................. 3
2.2 Kegiatan Keterampilan....................................................................... 4
2.2.1
Kegiatan Klinik......................................................................... 4
2.2.2
Kegiatan Reproduksi................................................................ 13
2.2.3
Kegiatan Kesmavet................................................................... 18
2.3 Kegiatan Sosial Masyarakat................................................................ 18
BAB III PROSPEK
PENGEMBANGAN USAHA................................... 21
BAB IV
PEMBAHASAN............................................................................ 24
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN...................................................... 26
5.1
Kesimpulan......................................................................................... 26
5.2
Saran................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 27
DAFTAR
TABEL
Tabel
|
|
Halaman
|
|
1.
|
Investasi Analisa Prospek Pengembangan Usaha...........................
|
21
|
|
2.
|
Input Variabel Prospek Pengembangan
Usaha................................
|
22
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
|
|
Halaman
|
|
1.
|
Kantor Unit Peternakan KOP SAE Pujon..............................
|
3
|
|
2.
|
Kasus Klinik Hewan yang ditemui selama kegiatan
PKK.....
|
5
|
|
3.
|
Penanganan Kasus Paralisa
Post Partus..................................
|
6
|
|
4.
|
Penyakit
Myasis......................................................................
|
9
|
|
5.
|
Penyakit Tympani...................................................................
|
11
|
|
6.
|
Ternak yang terserang penyakit Ring Worm..........................
|
12
|
|
7.
|
Kasus
Reproduksi yang ditemui selama kegiatan PKK.........
|
13
|
|
8.
|
Ternak yang sedang di Inseminasi Buatan (IB)......................
|
14
|
|
9.
|
Penanganan Kasus Distokia....................................................
|
15
|
|
10.
|
Penanganan Kasus Retensio Scundinarum.............................
|
16
|
|
11.
|
Kegiatan di Penampungan Susu Pos
10 Kedungrejo..............
|
18
|
|
12.
|
Jalan
sehat...............................................................................
|
19
|
|
13.
|
Karnaval
peringatan HUT Pujon Kidul yang ke 150.............
|
19
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor peternakan di Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai usaha
di masa depan. Hal itu dilihat dari peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan makanan
yang bergizi terutama hasil peternakan seperti daging dan susu.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hasil peternakan,
pemerintah berupaya meningkatkan jumlah populasi ternak setiap tahunnya. Berdasarkan hasil akhir pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK) Kementan (2011) jumlah populasi sapi
di Indonesia sebanyak 15,4 juta ekor.
Dengan banyaknya peningkatan populasi ternak,
hal yang perlu diperhatikan adalah menjadikan ternak tetap dalam keadaan sehat. Karena jika ternak sakit akan mengakibatkan produktivitas ternak menurun dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak karena harus mengobati ternaknya
yang sakit.
Sumber daya manusia
yang berkualitas dan terampil akan dapat menunjang peningkatan jumlah populasi ternak setiap tahunnya. Selain peternak yang harus terampil dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan ternak, peran tenaga paramedik veteriner akan sangat dibutuhkan jika ternak dalam keadaan sakit. Tugas paramedik veteriner adalah membantu peternak dalam mencegah,
mengobati dan mengendalikan penyakit pada ternak sehingga produktivitas ternak lebih maksimal.
Salah satu sekolah kejuruan
yang dapat menghasilkan tenaga paramedik veteriner yang terampil adalah Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) – Pertanian Pembangunan
(PP) Negeri Pelaihari Provinsi Kalimantan Selatan. Siswa lulusan sekolah ini diharapkan mampu menjadi seorang tenaga paramedik veteriner yang terampil dan mampu membantu tugas dokter hewan dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang paramedik veteriner,
SMK PP Negeri Pelaihari
mengadakan
Praktik
Kerja
Keterampilan
(PKK)
paramedik
veteriner
yang bertujuan
meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa dalam bidang paramedik veteriner agar siswa dapat
langsung
terjun
ke
lapangan
dan
siap
untuk
bekerja
setelah lulus.
Kegiatan PKK yang dilakukan terdiri dari Kegiatan Keterampilan
(KK) meliputi kegiatan
klinik, kesmavet
serta
reproduksi
dan
Kegiatan
Sosial
Masyarakat (KSM) meliputi kegiatan keagamaan,
kegiatan sosial dan semua kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan
masyarakat di lingkungan setempat.
1.1 Tujuan
Tujuan kegiatan PKK paramedik veteriner adalah
:
1. Menumbuhkan jiwa wirausahawan dalam bidang peternakan khususnya dalam jasa paramedik veteriner.
2. Meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa dalam bidang paramedik veteriner yang dilandasi sikap disiplin,
kerjasama dan tanggung jawab yang tinggi.
3. Menumbuhkan jiwa sosial antar masyarakat dan lingkungan sekitar.
4. Melatih siswa untuk dapat menguasai keterampilan sebagai paramedik veteriner dan dapat menerapkan keterampilan di lapangan.
BAB
II
PELAKSANAAN
KEGIATAN
2.1. Waktu
dan Tempat
Kegiatan
PKK paramedik veteriner dilaksanakan mulai tanggal 12 Agustus - 26
September 2015 bertempat di Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi (KOP SAE)
Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
2.2. Deskripsi
Lokasi Kegiatan
Gambar 1. Kantor Unit Peternakan
KOP SAE Pujon
Koperasi
“SAE” Pujon didirikan pada tanggal 30 Oktober 1962 dengan nama Koperasi “SAE”
yang merupakan singkatan dari kata Sinau Andandani Ekonomi atau belajar
memperbaiki ekonomi. Tujuan pendirian Koperasi “SAE” Pujon adalah memperbaiki
keadaan ekonomi masyarakat Pujon (Mukhotib, 2008).
Pada
awal pembentukan Koperasi “SAE” Pujon memiliki anggota berjumlah 22 orang
peternak dengan jumlah populasi sapi perah 70 ekor, dan produksi susu sebanyak
50 liter perhari. Setelah berjalan satu tahun, Koperasi “SAE” Pujon mendapat
bantuan berupa sapi perah impor sebanyak 90 ekor untuk diberikan pada peternak
dengan sistem
gaduh. Artinya setelah sapi beranak dua kali
induk menjadi milik peternak (Susanto, 2010).
Pada
tahun 1970 Koperasi Susu
SAE Pujon mengalami kemunduran dikarenakan banyaknya hutang kepada anggota
akibat kegagalan dalam pengelolaan koperasi.
Kemudian tanggal 23 Mei 1970 Koperasi
Susu SAE Pujon mereformasi pengurus dan pemilihan ketua baru melalui rapat
bersama anggota Koperasi
Susu SAE Pujon dan mendapatkan keputusan bahwa Bapak Kalam Tirtorahardjo yang
dipercaya menjadi ketua Koperasi
SAE Pujon (Mitha, 2012).
Dengan
peningakatan jumlah produksi susu setiap tahunnya, timbul masalah yaitu meningkatnya produksi susu yang tidak diimbangi
dengan pemasaran yang kurang memadai sehingga susu yang tidak terjual dibuang
karena telah rusak. Untuk
mengatasi masalah tersebut Koperasi
Susu SAE Pujon menjual susu segar yang dihasilkan Koperasi Susu SAE Pujon pada PT. Nestle
Indonesia (Mitha, 2012).
Kini Koperasi Susu SAE Pujon memiliki anggota 7200 peternak dan jumlah
populasi ternak sapi perah mencapai 21.642 ekor (data unit peternakan juni
2003) dengan hasil produksi susu berkisar rata-rata 65 ton liter perhari
(Susanto, 2010). Koperasi Susu SAE Pujon Malang memiliki 7 unit bidang usaha
yaitu : administrasi, peternakan, teknis dan transportasi, pakan ternak,
persusuan, kios susu dan pembesaran pedet (Prayanto, 2008).
2.3.
Kegiatan Keterampilan
Kegiatan
keterampilan yang dilaksanakan saat PKK paramedik veteriner di Koperasi Susu SAE
Pujon adalah kegiatan klinik hewan, kegiatan reproduksi, dan kegiatan kesehatan masyarakat veteriner.
2.3.1
Kegiatan Klinik Hewan
Untuk meningkatkan produksinya, Koperasi Susu SAE Pujon memberikan jasa pelayanan
kesehatan hewan dengan memnempatkan petugas paramedik veteriner disetiap wilayah yang sudah ditentukan
untuk membantu anggotanya yang memiliki masalah kesehatan terhadap ternaknya. Petugas
paramedik veteriner bekerja berdasarkan laporan peternak yang diterima melalui telepon
atau mendatangi langsung kerumah paramedik.Teknis kerja petugas yaitu bertanya pada peternak tentang
masalah yang terjadi pada hewan ternaknya (anamnesa), mengidentifikasi
gejala klinis yang nampak, mendiagnosa
penyakit dan memberikan pengobatan dan pencegahan.
Berikut adalah
hasil penanganan kasus klinik hewan yang ditemui selama kegiatan PKK paramedik veteriner :
Gambar 2. Kasus Klinik Hewan yang
ditemui selama kegiatan PKK paramedik veteriner
a.
Indigesti
Indigesti
merupakan gangguan pencernaan pada rumen atau reticulum hewan ruminansia. Indigesti dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti perubahan pakan yang mendadak dan ternak banyak mengkonsumsi
pakan yang berserat kasar dan berprotein tinggi tanpa diimbangi dengan air
minum yang cukup (Suwito dan Nurini, 2009).
Gejala
klinis yang timbul
adalah ternak tampak lesu dan malas bergerak, napsu makan turun, abdomen keras,
dan suara perstaltik rumen tidak terdengar. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan anti inflamasi phenylject
(phenylbutazone)
20 ml/ekor, anti histamine dimedryl (difenhidramin) 20 ml/ekor, dan vitamin B-1
(tiamin HCL)
20 ml/ekor secara intra muscular. Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan air minum secara ad libitum (terus menerus) dan ditambah
dengan garam dapur.
b. Foot
Rot
Foot
rot atau yang sering disebut kuku busuk adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya infeksi bakteri Fusiformis necrophorus. Bakteri ini menyerang celah kuku sapi
yang mengakibatkan bengkak dan jaringan yang terserang menjadi rusak sehingga
terjadi pembusukan (Yulianto dan
Saparinto, 2010). Faktor
pemicunya adalah drainase kandang,
pengalaman peternak, umbaran atau tempat pelepasan sapi, potong kuku,
kebersihan kandang, dan jumlah kepemilikan (Budhi dkk, 2007).
Menurut Prasetya
(2012), gejala klinis yang timbul yaitu mula-mula sekitar celah kuku bengkak
dan mengeluarkan cairan putih keruh, kulit kuku mengelupas, sapi pincang dan
akhirnya bisa lumpuh. Pengobatan yang dilakukan yaitu membersihkan atau mengerik daerah
kuku yang luka kemudian diberikan antiseptik stochkolmtar (ichtammolum)
dan PK
Kristal yang diolehsan pada bagian kuku yang luka kemudian disemprot dengan antibiotik spectrum
luas limoxin spray yang
disemprotkan pada luka dan
diperban dengan self bandage. Untuk
mencegah terserang penyakit foot root dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang, menjaga alas kandang agar selalu dalam keadaan kering dan rata, melakukan perawatan kuku dengan pemotong kuku setiap 6 bulan sekali.
c. Paralisa
post partus
Gambar 3. Penanganan kasus Paralisa Post Partus
Paralisa post partus
adalah kelainan yang
ditandai kelemahan otot yang diakibatkan karena hipocalsemia yang terjadi
secara episodik yang dipicu oleh kesalahan penanganan
pada saat melahirkan yang membuat syaraf otot pada pinggul tergeser (Souviyanto dan Pardede, 2008).
Gejala klinis yang terlihat ternak terlihat lemas dan tidak kuat berdiri. Langkah awal ialah membangunkan ternak
dengan mempercikkan air pada badannya atau jika ternak tetap tidak mau berdiri
dilakukan penyetruman pada punggul yang bertujuan untuk merangsang syaraf otot agar
ternak kaget dan mau berdiri. Tetapi jika dengan cara
tersebut ternak masih tetap tidak mau berdiri maka diberikan pengobatan.
Pengobatan yang
diberikan anti inflamasi dexatozoon (dexamethason) 20 ml/ekor,
dan vitamin
B-12 (vitamin B-12) 20 ml secara intra muscular.
d. Helminthiasis
Helminthiasis
atau yang sering disebut penyakit cacingan merupakan penyakit yang disebabkan
oleh adanya cacing yang masuk ke dalam tubuh sapi bersama dengan
rumput yang dikonsumsi (Erlangga, 2012).
Gejala
klinis yang biasanya timbul seperti kurus, bulu kusam, bulu berdiri dan
fesesnya encer. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat golongan antiparasit
bovimec (invermectin, excipients) 15 ml/ekor secara intra muscular. Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan pengobatan cacing (deworning) setiap 6 bulan
sekali.
e. Mastitis
Mastitis adalah suatau reaksi peradangan ambing yang disebabkan
oleh kuman, zat kimia, atau luka. Umumnya radang ambing disebabkan oleh bakteri
Spreptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus (Sudono dkk,
2003) yang masuk melalui puting susu sapi.
Faktor
pemicunya dapat berasal dari puting susu yang terkena
kotoran sapi, kandang yang kotor dan puting yang tidak
dipping (celup puting) setelah diperah. Gejala klinis
penyakit mastitis adalah adanya perubahan bentuk anatomi ambing seperti ambing bengkak dan
keras, air susu encer, berwarna kuning
dan pecah, produksi susu menurun bahkan tidak
keluar sama sekali dan rasa sakit apabila ambing
dipegang.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan antibiotik lactaclox
(ampisilin tryhidrat, cluxaxilla benzathine) 5 gr secara intra mammae dan anti inflamasi dexatozoon
(dexamethason) 20 ml/ekor secara intra muscular. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan kandang,
mencuci tangan sebelum memerah sapi dan membersihkan puting setelah di perah.
f. Myalgia
Myalgia
adalah nyeri
pada otot, terutama menyerang pada otot kaki dan paha. Penyebabnya
karena kekurangan vitamin B, terutama vitamin B1 dan B12. Gejala klinis
yang dapat dilihat ternak kesulitan
dalam berjalan (sempoyongan), lemah dan lesu.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan vitamin
B-1 (tiamin HCL)
20 ml/ekor, vitamin B-12 (vitamin B-12) 20 ml/ekor dan anti inflamasi phenylject (phenylbutazone) 20
ml/ekor secara
intra muscular.
g.
Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menempel pada bagian luar tubuh (kulit atau bagian
lain yang berhubungan dengan bagian luar pada inang). Penyebabnya
adalah adanya parasit diluar tubuh (Widiyastuti, 2002). Faktor
pemicunya adalah ternak yang jarang dimandikan serta keadaan
kandang dan lingkungannya yang kurang bersih sehingga parasit mudah menempel pada tubuh ternak.
Gejala ternak yang
terkena ektoparasit adalah ternak gelisah karena merasa gatal, sering
menggesek-gesekan tubuh ke dinding kandang dan bulu berdiri. Pengobatan yang dilakukan dengan memberikan antiparasit
bovimec (ivermectin, excipients) 10 ml/ekor secara sup cutan. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga lingkungan kandang
agar tetap bersih dan memandikan ternak secara rutin.
h. Myasis
Gambar
4. Penyakit
Myasis
Myasis berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “myia” yang berarti lalat. Myasis adalah
infestasi larva lalat kedalam jaringan hidup hewan dalam periode tertentu
dengan memakan jaringan inangnya (Kementan, 2014). Awal terjadinya myasis adalah apabila
ternak mengalami luka dikulitnya kemudian terkontaminasi kotoran yang memicu terjadinya infeksi oleh
bakteri dan mengeluarkan darah yang akan menarik
perhatian lalat C. bezziana untuk meletakkan telurnya ditepi luka tersebut.
Dalam waktu 12 jam, telur akan menetas menjadi larva dan bergerak memasuki
jaringan tubuh mengakibatkan luka semakin besar (Kementan, 2014).
Gejala
klinis yang teramati mula – mula terlihat luka kecil yang didalamnya terlihat
ada larva, lama – kelamaan karena di perparah oleh infeksi sekunder menyebabkan
terjadinya pembusukan dan pembentukan nanah sehingga akhirnya mengeluarkan
cairan dan berbau busuk. Pengobatan
yang dilakukan dengan memberikan kalium permanganat yang bertujuan untuk
melisiskan jaringan yang telah mengalami nekrosa yang dicampur dengan 2 liter
air dengan cara
di sprey (semprotkan) pada luka 3 kali sehari. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan
kandang dan segara memberikan pengobatan jika ternak sakit atau terluka.
i. Artritis
Artritis merupakan
istilah umum bagi peradangan dan pembengkakan diderah persendian (Muchid dkk, 2006). Radang sendi
biasanya disebabkan karena sistem
kekebalan tubuh yang normal seharusnya membuat antibodi yang gunanya untuk
menyerang virus dan bakteri tapi justru mengirim antibodi ke lapisan persendian
dan menyebabkan radang serta rasa sakit (Wikipedia,
2014). Gejala yang
dapat dilihat yaitu sapi banyak diam, jalannya pincang dan napsu makan turun.
Pengobatan yang
dilakukan memberikan anti inflamasi dexatozoon (dexamethason) 20 ml/ekor, dan vitamin
B-1 (tiamin HCL)
20 ml/ekor secara intra muscular.
j. Intoksikasi (Keracunan)
Intoksikasi atau keracunan adalah
keadaan dimana ternak mengalami gangguan pencernaan yang disebabkan karena
ternak mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat tinggi akibat pemupukan
(Yuningsih, 2007). Gejala klinis yang muncul pada ternak adalah ternak mengeluarkan air liur yang berlebihan dan
napasnya ngos-ngosan.
Pengobatan yang dilakukan untuk
menangani penyakit ini adalah diberikan vitamin B-1 (tiamin HCL)
20 ml/ekor, antihistamin V-Tropin (atropine, excipients) 20 ml secara intra muscular
dan anti bloat free bloat/ permethyl (permethylbolysiloxane) 25 ml
dicampur dengan 1 liter air yang diberikan secara peroral. Pencegahannya
dengan memberikan pakan ternak yang tidak mengandung pestisida atau menaburkan
garam dapur pada pakan yang akan dikonsumsi ternak.
k. Pneumonia
Pneumonia
adalah istilah untuk menunjukan adanya suatu peradangan pada ujung bronkus dan
alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Gejala yang terlihat antara
lain hidung beringus terus-menerus, napsu makan turun,
ternak mengalami batuk-batuk dan
ternak kesulitan bernafas karena adanya peradangan (Yuriadi dan
Thahajati, 2002). Faktor pemicu dapat
berupa keadaan kandang yang kotor dan feses sapi yang tidak dibersihkan
sehingga bakteri yang terkandung pada feses terhirup oleh ternak.
Pengobatan
yang dilakukan yaitu dengan memberikan anti
inflamasi phenylject (phenylbutazone) 20 ml/ekor, anti
histamine dimedryl (difenhidramin) 20 ml/ekor secara intra muscular. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga
kebersihan kandang.
l. Tympani
(Kembung)
Gambar
5. Penyakit
tympani
Tympani atau kembung merupakan bentuk penyakit / kelainan pada alat
pencernaan yang bersifat akut yang disertai penimbunan gas didalam lambung
ternak ruminansia (Mashur, 2001). Penyebabnya karena pemberian pakan hijauan
dan konsentrat yang tidak seimbang (konsentrat lebih banyak). Gejala klinis
yang terlihat seperti napsu makan turun, abdomen kiri membesar, jika abdomen
ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip drum (Salasa, 2010).
Pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian
anti inflamasi phenylject (phenylbutazone) 20
ml/ekor, vitamin B-1 (tiamin HCL) 25 ml/ekor secara intra muscular dan anti bloat free bloat/ permethyl
(permethylbolysiloxane)25 ml yang dicampur dengan 1 liter air yang diberikan secara peroral. Pencegahan yang
dapat dilakukan dengan menghindari pemberian pakan hijauan yang masih muda dan
memberikan ransum pakan yang seimbang.
m. Hypocalcemia
Hypocalcemia
adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi karena kekurangan kalsium
yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh sebelum atau
sesudah melahirkan. Gejala klinis yang dapat dilihat sapi roboh dan lumpuh
jika sudah dalam keadaan parah (Safitri, 2011).
Pengobatan
yang dilakukan yaitu dengan memberikan
cairan infus glukosa5% (glukosa, C6 H12
O6 H20, air) 800 ml dan infus
calsidex forte (calcium borogluconate, magnesium borogluconate, dextrose,
elemental phosphorus, potassium choride, caffeine, excipients) 500 ml diberikan
secara intra vena pada vena jugularis, vitamin
B-1 (tiamin HCL)
40 ml/ekor dan vitamin roborante calier (calcium phosporylcholine chloride,
casein-peptides, vitamin B-12) 20 ml/ekor secara intra muscular. Untuk mencegah terjadinya hypocalcemia dapat dilakukan dengan memberikan
ransum pakan yang bayak mengandung kalsim.
n.
Ring Worm
Gambar 6. Ternak
yang terserang penyakit ring worm
Ring Worm merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur Trichophyton verrucosum. Ring
worm lebih sering terjadi di negara beriklim tropis atau dingin karena pada
daerah yang bersuhu dingin, hewan kurang mendapatkan sinar matahari secara
langsung. Gejala yang dapat dilihat seperti terbentuk bulatan berwarna putih kelabu
di kulit sapi dengan diameter 1,5 – 5,0 cm yang muncul disekitar kepala dan
leher, terutama di sekeliling mata dan telinga. Kulit yang terserang biasanya
menebal dan tidak berbulu (Sudono dkk, 2003).
Pengobatan yang
dapat dilakukan yaitu dengan memberikan antiparasit
bovimec (Invermectin, excipients) 10 ml/ekor secara sub cutan. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan
kebersihan kandang dan mengatur posisi kandang agar sinar matahari dapat masuk
kandang.
o.
Pengendalian parasit cacing (Deworming)
Pengendalian
parasit cacing dilaksanakan pada tanggal 02 September – 15 September 2015. Kagiatan yang dilakukan yaitu pemberian obat golongan antelmentika flukicide 12,5 % (albendazole)
40 ml/ekor untuk sapi induk dan 20 ml/ekor untuk pedet yang diberikan secara
peroral kepada
semua ternak milik anggota Koprasi Susu SAE Pujon yang biasa di lakuakan
setahun sekali.
2.3.2. Kegiatan
Reproduksi
Reproduksi pada ternak merupakan proses
perkembangbiakan yang amat penting dalam kaitannya dengan produksi, dengan kata
lain tinggi rendahnya produktivitas ternak sangat tergantung pada
reproduksinya. Hal ini berhubungan dengan penurunan jumlah produksi susu dan
menurunya kemampuan ternak betina.
Kegiatan reproduksi yang penulis lakukan
selama kegiatan PKK seperti memberikan jasa IB (Inseminasi Buatan), PKB (Pemeriksaan
Kebuntingan), dan beberapa gangguan reproduksi lainnya.
Gambar 7. Kegiatan
Reproduksi yang ditemui selama kegiatan PKK Paramedik Veteriner
a. IB
(Inseminasi Buatan)
Gambar 8. Ternak yang sedang di Inseminasi
Buatan (IB)
Inseminasi buatan atau yang lebih
dikenal dengan istilah kawin suntik adalah teknik untuk memasukkan air mani
(semen) kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat bantuan
manusia sebagai salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam rangka
peningkatan populasi dan perbaikan mutu genetik ternak (Sujoni, 2013).
IB hanya dilakukan pada ternak yang
sedang birahi (ekstrus). Tanda tanda yang dapat dilihat jika ternak sedang
birahi adalah keluar lendir transparan dari vulva, vulva merah, hangat dan
bengkak serta produksi susu menurun.
Teknik kerja petugas IB yaitu jika ada peternak
yang ingin sapinya di IB harus menghubungi petugas IB dengan menelfon atau
dengan memasukan kartu aseptor pada kotak IB yang ada disetiap pos penampungan.
Setelah itu petugas IB menuju kerumah peternak yang ingin sapinya di IB.
Langkah – langkah dalam melakukan IB yang pertama adalah
memastikan ternak harus dalam keadaan birahi. Jika sapi terlihat birahi, langkah
kedua yaitu persiapan alat dan bahan yang akan digunakan seperti IB gun, straw,
glove, pinset, air hangat untuk thawing, plastic sheet, cutter straw, dan sabun. Langkah
selanjutnya adalah mengambil straw dari dalam termos dengan pinset kemudian
dimasukan kedalam air hangat. Setelah
15 detik, ambil straw, masukan kedalam IB Gun, potong ujung straw dengan cutter
straw dan pasang plastic sheet. Setelah
alat siap pasang glove pada tangan yang sudah dibasahi dan dilumuri sabun
(pelicin). Lakukan palpasi
rektal untuk menemukan servik. Jika
servik sudah dipegang, masukan IB gun melalui vulva hingga posisi cincin ke 4
dan mendorong ujung stilet. Setelah
selesai keluarkan IB Gun
dan bersihkan. Catat tanggal IB
untuk membantu mengetahui prediksi kelahiran ternak. Setelah 3 bulan biasanya peternak
menghubungi peternak lagi untuk memastikan ternak tersebut bunting atau tidak.
b. Pemeriksaan
Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan (PKB) dilakukan untuk
mengetahui apakah ternak tersebut bunting atau tidak. Jika ternak tersebut bunting, menandakan
bahwa IB yang dilakukan telah berhasil. PKB
dapat dilakukan dengan melihat tanda tanda dari luar seperti tidak birahi lagi
sesudah IB, pembesaran abdomen dan pembesaran mammae.
Palpasi rektal
merupakan metode yang sering digunakan sebagai diagnosa awal kebuntingan
ternak.
Biasanya pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi rektal dilakukan pada usia
kebuntingan > 3 bulan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosa.
Pada ternak yang sedang bunting muda ≤ 4 bulan dapat dilihat dari uterus yang
seperti balon berisi air tetapi foetus belum bisa teraba. Pada ternak dengan
usia kebuntingan ≥ 5 bulan kepala foetus dapat teraba (Toelihere, 2000).
c. Distokia
Gambar 9. Penanganan
kasus Distokia
Distokia merupakan keadaan ketika sapi
kesulitan untuk melahirkan secara normal atau tanpa bantuan manusia. Distokia
lebih banyak ditemukan pada proses kebuntingan sebelum waktunya, kelahiran
kembar, kebuntingan yang terlalu lama melewati waktunya dan ukuran foetus yang
terlalu besar (Erlangga, 2012).
Timbulnya distokia pada sapi disebabkan
karena herediter, gizi, tatalaksana,
infeksi, traumatik. Gejala yang nampak yaitu sapi selalu
merejan dan keluar cairan keruh dari vulva (Rahmawati dkk, 2007).
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu
dengan palpasi vaginal. Jika
posisinya tidak normal perlu dibenarkan dan setelah posisi foetus pada posisi
normal ikat kaki foetus dengan tali kemudian tarik dengan hati-hati. Setelah
pedet keluar maka pertolongan pertama pada pedet yaitu membersihkan lendir pada bagian hidung dan
mulut dengan cara mengangkat kaki belakang pedet dan tarik ke atas kemudian
bersihkan lagi dengan air.
Pengobatan
yang dilakukan pada induk setelah
pedet keluar yaitu dengan memberikan vitamin B-12
(vitamin B-12) 20 ml/ekor dan antibiotik pen& strep (procaine penicillin,
dihydrostreptomycin sulphate) 20 ml/ekor diberikan secara intra muscular. Pencegahannya dengan memberikan ransum pakan yang sesuai kebutuhan dan
tidak membatasi ruang gerak ternak.
d. Retensio
Secundinarum
Gambar 10. Retensio Scundinarum
Retensio secundinarum
adalah tertahannya selaput
fetus dalam kandungan selama 8 - 12 jam atau lebih setelah fetus lahir, baik
dalam kelahiran normal maupun abnormal (Achjadi, 2007). Penyebab
retensio secundinarum adalah
infeksi (yang menyebabkan uterus lemah untuk berkontraksi), pakan (kekurangan
karotin, vitamin A) dan kurang
execis (sapi diumbar) sehingga otot uterus tidak kuat untuk berkontraksi (Rahmawati
dkk, 2007). Ada beberapa
cara untuk mengatasi retensio secundinarum antara lain dengan mengupas
kotiledon dari carancula
dengan tangan dan dengan pemotongan plasenta yang menggantung pada vulva.
Selanjutnya dilakukan
pengobatan dengan memberikan antibiotik gantatrim (gantanol, trimetropin)
secukupnya secara intra uteri, vitamin B-12 (vitamin B-12) 20 ml/ekor antibiotik pen & strep (procaline penicilin, hihydrostreptomycin
sulpihate) 20 ml/ekor dan antipiretik novaldon (methamperon,
lidokain dan piramidon) 20 ml/ekor secara
intra muscular. Pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu pemberian pakan sesuai kebutuhan dan memberi ruang gerak sapi (diumbar).
e. Abortus
Abortus adalah gangguan reproduksi yang disebabkan oleh jenis bakteri yang disebut Brucella abortus yang terjadi pada umur
kebuntingan 6-7 bulan. Abortus terjadi karena rapuhnya pertautan plasenta
felalis dengan plasenta matennalis sehingga terpisah sebagai akibat
bersarangnya bakteri brusella ditempat
itu (Rahmawati dkk, 2007). Gejala klinis yang dapat dilihat ternak merejan, fetus lahir prematur, dan fetus sudah mati dalam rahim.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan
memberikan antibiotik gantatrim (gantanol,
trimetropin) secukupnya secara intra uteri, vitamin B-1 (tiamin HCL)
25 ml/ekor, dan oxyto-synt (synthecticn oxytocin, excipirnts) 5 ml secara intra
muscular. Pencegahannya dengan menjaga
kebersihan kandang dan vaksin.
f. Endometritis
Endometritis merupakan peradangan pada
endometrium. Uterus sapi
biasanya terkontaminasi dengan berbagai mikroorganisme selama masa puerpurium. Gejala klinis yang dapat dilihat seperti
keluar lendir putih kekuningan yang berlebihan, uterus mengalami pembesaran. Faktor
pemicu terjadinya endometritis adalah
distokia, rentensio plasenta, dan infeksi bakteri (Rahmawati dkk, 2007).
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu
dengan memberikan antibiotik gantatrim (gantanol, trimetropin) secukupnya
secara intra uteri, antipiretik novaldon (methamperon,
lidokain dan piramidon) 20 ml/ekor, anti
inflamasi dexatozoon (dexamethason) 20 ml/ekor, dan vitamin
heksaplex (vitamin B1, B2, B6, B12, pantotenol, dan nikotinamid) 20 ml/ekor
secara intra muscular. Pencegahan dengan memperhatikan
program kesehatan yang rutin seperti penanganan pre partus, partus dan post partus.
2.3.3. Kegiatan Kesmavet
Gambar 11. Kegiatan di Penampungan susu Pos 10
Kedungrejo
Kegiatan kesmavet yang dilakukan
selama kegiatan PKK paramedik veteriner yaitu membantu petugas penampungan susu
di Pos 10 Kedungrejo Desa Sukomulyo, Pujon. Kegiatan dimulai pada pukul
05.00-05.30 WIB pada pagi hari dan akan buka kembali pukul 15.00-15.30 WIB pada
sore hari.
Mekanisme
kerja dipenampunan susu yang pertama adalah menyiapkan alat yang akan
digunakan. Setelah peternak datang dengan membawa susu hasil memerah dilakukan
pengadukan, uji alcohol, pengambilan sempel, penimbangan susu sekaligus
pencatatan dan memasukan susu kedalam tangki penampungan. Uji
berat jenis dilakukan sewaktu waktu. Hal
itu bertujuan agar peternak tidak melakukan kecurangan. Penghitungan berat
jenis dilakukan untuk menentukan kualitas dan harga susu. Untuk pengujian
sampel di lakukan setiap 15 hari sekali di laboratorium penampungan susu.
2.4.
Kegiatan Sosial
Masyarakat
Kegiatan sosial
masyarakat yang dilakukan selama kegiatan PKK yaitu
1. Jalan
sehat
Jalan
sehat merah putih bersama LDII dan BNN dilakukan pada hari minggu 16 Agustus
2015 di Batu, Malang. Jalan
santai dimulai pukul 07.30 melewati jalan – jalan dan ditengah perjalanan
diberikan kupon untuk undian diakhir acara.
Gambar 12. Jalan sehat
2. Peringatan
HUT
Peringatan
HUT yang kami lakukan ada dua yaitu peringatan 17 Agustus dan peringatan HUT Pujon Kidul. Peringatan
17 Agustus 2015 dilaksanakan di Kedungrejo Desa Sukomulyo, Pujon dengan
melakukan beberapa perlombaan untuk anak SD dan ibu PKK. Jenis perlombaannya
antara lain panjat pinang, bazar makanan, sepak terong, memasukkan jarum, joged
balon dll.
Peringatan
HUT Pujon Kidul yang ke 150 dimeriahkan dengan Karnaval yang dilaksanakan
pada hari Minggu 23 Agustus 2015. Karnaval
dilakukan dengan mengelilingi desa Pujon kidul. Peserta
karnaval berasal dari perwakilan setiap dusun di Desa Pujon Kidul. Sebagai penutup acara dimerahkan dengan
penampilan Singo Barong.
Gambar 13. Karnaval peringatan HUT Pujon Kidul yang ke
150
3. Kegatan
Keagamaan
Kegiatan
keagamaan yang dilakukan saat kegiatan PKK adalah Tiba’an dan ceramah nasihat. Tiba’an adalah kegiatan keagamaan yang dilakukan
pada setiap hari jum’at. Hal
yang dilakukan saat kegiatan tiba’an adalah membacakan sholawat dengan nyanyian
yang diikuti oleh ibu PKK dan anak-anak perempuan. Kegiatan ini dimulai pukul
18.30 WIB sampai 20.00 WIB dan diakhiri
dengan makan bersama.
Ceramah
nasihat dilaksanankan setiap hari jumat
setelah melaksanakan sholat jumat yang dikuti oleh anggota LDII.
Kegiatan yang dilakukan yaitu mendengarkan ceramah dan nasihat –nasihat dan
biasanya berakhir pada pukul 14.00
WIB.
4. Kunjungan
Unit persusuan
Kunjungan
Unit persusuan dilaksanakan pada tanggal 22 september 2015. Disana siswa
diberikan pengarahan tentang apa saja yang dilakukan di unit persusuan. Untuk menentukan harga dan kualitas
susu, unit persususan melakukan beberapa pengujian seperti Uji MBRT dan Uji TS.
BAB
III
PROSPEK
PENGEMBANGAN USAHA
Setelah melakukan Praktek Kerja Keterampilan
(PKK) paramedik veteriner di Pujon Kabupaten
Malang Jawa Timur, penulis berencana akan melakukan usaha dibidang paramedik veteriner di
kecamatan Pelaihari, Tanah
Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan laporan Disnak Tala (2013)
data populasi ternak Sapi potong
di Kecamatan Pelaihari sejumlah 11.859 ekor.
3.1
Input
Tabel 1. Investasi
No
|
Uraian
|
NB
|
UE
|
NS
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Sepeda
Motor
Stetoskop
Thermometer
Tas Obat
Sepatu
Boot
IB Gun
Termos Al 1000 ml
Pinset
Gunting
Container 30 L
|
Rp.
16.000.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 30.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 400.000,-
Rp. 110.000,-
Rp.
40.000,-
Rp.
12.000,-
Rp. 30.000.000,-
|
10
2
1
1
1
2
2
1
1
10
|
Rp.
2.500.000,-
Rp.
0,-
Rp.
0,-
Rp.
0,-
Rp. 0,-
Rp. 0,-
Rp.
0,-
Rp. 0,-
Rp.
0,-
Rp. 0,-
|
Total
|
Rp.
47.042.000,-
|
|
Rp. 2.500.000,-
|
Penyusutan
1.
Sepeda Motor :
=
Rp. 1.350.000,-
2.
Stetoskop :
=
Rp. 75.000,-
3.
Thermometer :
=
Rp. 30.000,-
4.
Tas Obat :
=
Rp. 150.000,-
5.
Sepatu
Boot :
=
Rp. 150.000,-
6.
IB
Gun :
=
Rp.
200.000,-
7.
Termos Al 1 L :
=
Rp.
55.000,-
8.
Pinset :
= Rp. 40.000,-
9.
Gunting :
= Rp. 12.000,-
10.
Container 30 L :
= Rp. 3.000.000,-
Total
input tetap =
Rp. 5.062.000,-
Tabel
2. Input Variabel
No
|
Bahan
|
Kemasan
|
Harga (Rp)
|
Jumlah
|
Total (Rp)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
|
Alcohol
70% 1 L
Kapas
Spuit
10
ml
Bensin
Anti
Bloat 25 ml
Piroxy 100 ml
Intermectin
50 ml
Vit B-Komplek
50 ml
Sulpidon Inj 50 ml
Vetadryl Inj 50 ml
Coliback Inj 50 ml
Gusanex
Verm-O
(42 bolus)
N2 Cair
Straw
Plastik Glove
Plastik Sheet
Sabun
Spuit 3 ml
|
Botol
Kg
Box/100
Liter
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Botol
Vial
Liter
Biji
Pack/100
Pack/50
Batang
Box/100
|
70.000
200.000
250.000
8.000
22.500
60.000
175.000
30.000
34.100
27.250
43.000
170.000
280.000
30.000
8.000
100.000
55.000
3.000
220.000
|
12
2
4
900
60
10
3
80
15
15
15
4
5
360
300
3
6
12
2
|
840.000
400.000
1.000.000
7.200.000
1.350.000
600.000
525.000
2.400.000
511.500
408.750
645.000
680.000
1.400.000
10.080.000
2.450.000
300.000
330.000
36.000
440.000
|
|
Jumlah
|
31.546.250
|
Total
input = Input tetap + input variabel
=
Rp. 5.062.000,- + Rp. 31.546.250,- = Rp. 36.608.250,-
3.2 Output
a. Output
Jumlah penanganan kasus = 600 Keswan + 300 IB = 900 kasus
Biaya rata – rata = Rp. 70.000
Jumlah = Jumlah penanganan kasus
x biaya
=
900 x 70.000 = Rp. 63.000.000,-
3.3 Analisa Usaha
3.3.1
Pendapatan Pengelola
a. Pendapatan Paramedik (PP) = Total output – total input
=
Rp. 63.000.000,- – Rp. 36.608.250,-
=
Rp. 26.391.750,-
b. B/C =
=
= 1,7
c. Return
of Investment (ROI) = Pendapatan Paramedik (PP) : Total input
=
Rp. 26.391.750,- : Rp.36.608.050,-
=
0,7
d. Break
Event Point (BEP) =
=
=
=
= Rp.
25.310.000,-
e. BEP
kasus =
=
=
361 kasus/tahun
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Keterampilan
(PKK) di Koperasi Susu SAE Pujon, penulis mendapat pengalaman dan keterampilan untuk pelayanan kesehatan hewan. Pada saat pelayanan kesehatan hewan siswa menemukan beberapa perbedaan antara teori dengan praktek
yang dilihat dilapangan. Perbedaan tersebut antara lain :
1.
Pemberian obat secara
intra uteri
Setelah menangani kasus Retensio, biasanya paramedik veteriner memberikan antibiotik seperti gantatrim secara intra uteri pada ternak. Namun terkadang petugas paramedik veteriner memberikan obat Antibiotik secara
intra uteri dengan memasukan spuit berisi antibiotik, lepas jarumnya dan dimasukan kedalam uterus dengan palpasi
vagina kemudian obat disemprotkan dan spuit dikeluarkan kembali. Padahal dengan memasukan
spuit ke uterus dapat melukai dinding uterus.
Selain itu biasanya petugas
inseminator memberikan obat secara inta
uteri dengan bantuan plastic sheet yaitu dengan memasukan antibiotik pada spuit kemudian lepas jarum. Lakukan palpasi rectal seperti akan melakukan IB. Setelah IB Gun masuk kedalam
uterus, tarik IB Gun (plasik sheet masih tertinggal) dan masukan obat melalui plastic sheet. Setelah obat didalam spuit habis, lepaskan dari plastic sheet dan ambil udara untuk membantu mendorong obat hingga masuk. Lepaskan plastic sheet.
2.
Pemilihan
petugas paramedik veteriner dan inseminator yang berbeda pada satu kasus.
Pemilihan petugas paramedik veteriner dan inseminator yang berbeda pada
satu kasus sering dilakukan peternak dalam menyembuhkan ternaknya dan kegiatan
IB. Hal itu dilakukan karena peternak tidak puas dengan hasil pengobatan / IB
yang diberikan paramedik dan inseminator.
Contohnya pada kasus paralisa, karena ternak tidak sembuh diobati oleh
paramedik A biasanya peternak menghubungi paramedik lain untuk mengobati
ternaknya. Hal ini sebenarnya tidak baik karena jika pada satu kasus ditangani
oleh dua paramedik, pengobatan lanjutan yang dilakukan tidak sesuai dengan
pengobatan sebelumnya sehingga ternak tidak sembuh-sembuh.
Selain itu pada inseminasi buatan juga terjadi hal yang sama, peternak
mengawin suntuk ternaknya dengan inseminator A kemudian mengganti dengan
inseminator lain. Hal itu dapat menyebabkan kesalahan karena yang sebenarnya
pada IB olah inseminator A ternak sudah bunting kemudian di IB lagi oleh
inseminator lain sehingga mengakibatkan keguguran.
3.
Manajemen Pemeliharaan
Salah satu penyebab ternak mudah terserang penyakit adalah manajemen pemeliharaan yang kurang baik seperti lingkungan kandang yang kurang bersih dan pemberian pakan yang kurang. Agar sapi sehat, sapi perlu mendapatkan sinar matahari yang cukup,
kandang yang bersih dan kering serta sapi dapat bergerak bebas.
Namun kebanyakan dari masyarakat menempatkan kandang sapi didalam rumah atau di sebelah dapur. Sehingga sapi tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk kesehatannya. Kandang sapi yang
banyak ditemukan dilapangan alas kandang terbuat dari susunan kayu atau bambu dan jika alas terbuat dari
semen banyak yang berlubang sehingga air dan kotoran memenuhi lubang. Hal itu dapat menyebabkan penyakit kuku busuk bagi sapi.
Selain itu sapi yang kurang gerak juga dapat menyebabkan penyakit dan dapat juga mengalami susuh melahirkan karena kontraksi yang terlalu berat bagi sapi saat melahirkan. Sehingga sapi dapat lumpuh dan plasenta susah keluar.
4.
Pengambilan
tempat prospek pengembangan usaha.
Pada prospek pengembangan usaha, tempat yang
dipilih penulis adalah Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Peluang yang
dapat dilihat seperti potensi sumber daya peternakan seperti lahan dan ternak
yang memadai namun pemahaman peternak tentang manajemen pemeliharaan, pakan,
dan kesehatan ternak sehingga produktivitas belum memadai. Maka dari itu tenaga
paramedik veteriner masih diperlukan di Kecamatan Pelaihari.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kegiatan PKK dapat meningkatkan jiwa dan semangat wirausahawan dalam bidang peternakan khususnya tenaga paramedik veteriner. Hal itu dapat dibuktikan dengan penulis merencanakan prospek usaha di daerah yang diinginkannya.
2. Kegiatan PKK siswa mendapat pengalaman dan keterampilan dalam bidang paramedik veteriner
3. Kegiatan PKK melatih siswa untuk dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat karena dalam kegiatan PKK penulis dituntut untuk ikut serta dalam kegiatan sosial masyarakat ditempat tinggal setempat seperti kegiatan keagamaan, membantu petugas
di penampungan susu dan kegaiatan peringatan
HUT RI.
4. Kegiatan PKK penulis dituntut untuk terjun langsung dilapangan dan menangani berbagai macam kasus penyakit.
5.2.
Saran
Sebaiknya kegiatan PKK dilaksanakan di daerah lain agar siswa mendapatkan pengalaman baru sekaligus dapat memperkenalkan SMK-SPP Negeri Pelaihari diberbagai daerah di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Achyadi. 2007. Pengaruh kejadian
retensio sekundinae dengan endometritis terhadap reproduksi susu sapi perah.
http://repository.ipb.ac.id
>bitstream>kurniawan. [13 November 2015]
Budhi S., B. Sumiarto dan S. Budiharta. 2007. Prevalensi dan faktor resiko penyakit foot rot pada sapi perah di
kabupaten sleman. http://jurnal.
ugm.ac.id>article>view. [29
November 2015]
Disnak Tala (Dinas Peternakan Kabupaten
Tanah Laut). 2013. Dinamikapopulasi. http:// disnak.tanah
lautkab.go.id/data/bidangpengembangan
/seksi-budidaya-ternak/dinamika-populasi/. [03 Oktober 2015]
Erlangga, E. 2012. Asyiknya panen
rupiah dari beternak sapi potong. Tanggerang Selatan: Pustaka Agro Mandiri
Kementan (Kementrian Pertanian).
2014. Manual penyakit hewan mamalia. Jakarta
Kementan
(Kemetrian Pertanian). 2011. Rilis hasil akhir
PSPK 2011. http://dit jennak.pertanian.go.id/download.php?file=rilis%20akhir%PSPK2011%20u%20wartawan.pdf. [27 Oktober 2015]
Mashur. 2001. Beberapa penyakit pada
ternak ruminansia. http://ntb.libang. pertanian.go.id>ind>nfotek. [13 November 2015]
Mitha, M.U.D.
2012. Sejarah koperasi susu
“SAE” Pujon dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pujon
1962-2010. http://jurnal-online.um
.ac.id/data/artikel/artikel7AA4BBFCCC4AC2AA62BBF9E478C08C98.pdf. [30 Oktober 2015]
Muchid, A., F. Umar dan Chusun.
2006. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit
arthritis pemik. related:binfar.kemkes.go.id/?wpdmact=process
&did =MTg4LmhvdGxpbms= pdfpenyakitartritis. [03 Oktober 2015].
Mukhotib, A.
2008. Evisiensi penggunaan
modal kerja dalam meningkatkan profitabilitas pada koperasi
“SAE” Pujon. http://lib.uin-malang.ac.id/ files/thesis/fullchapter/04610041.pdf. [30 Oktober 2015]
Prasetya, H.
2012. Prospek cerah beternak sapi perah pembibitan,
pemeliharaan, manajemen kesehatan dan pengolahan susu. Yogyakarta: PustakaBaru Press
Prayanto, A. 2008, Pengaruh
kepemimpinan dan kecerdasan emosi terhadap loyalitas karyawan. http://lib.uin-malang.ac.id>thesis>fullchapter. [29 November 2015]
Rahmawati, D.,
W.C. Prawatidan L. Affandhy. 2007. Petunjuk teknis penanganan produksi pada sapi potong. http: lolitsapi.litbang.pertanian.go.id>juknis. [ 30
September 2015].
Safitri, W. 2011. Hipokalsemia pada sapi. https://www.google.com/search?biw =1366&bih=696&q=pdf+hipokalsemia+pada+sapi&oq=pdf+hipokalsemia+pada+sapi&gs_l=serp.3...5419.7617.0.7916.10.8.0.0.0.0.0.0..0.0.ccynfh...0...1.1.64.serp..10.0.0.nZ0ZQaP6eeE . [03 oktober 2015]
Salasa, M. 2010. Penyakit Kembung
atau tympani. http://lembahgogoniti
.com>artikel>82. [29 November 2015]
Souvriyanto, E dan S.O. Pardede. 2008. Paralisis
penodik hipokalemik pada anak dengan asidosis tubulus renalis dista. http://saripediatri.idai.or.id>pdfile. [13 November 2015]
Sudono, A., F. Rosdiana dan
B.S. Setiawan. 2003. Beternak sapi perah secara intensif. Bogor: AgromediaPustaka
Sujoni. 2013. Inseminasi buatan pada ternak. Kementrian Pertanian Pusat Pendidikan Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian
Susanto, H.Y. 2010. Pendeskripsian kasus penyakit pada hewan ternak sapi perah diwilayah kerja koperasi
“SAE” Pujon. Malang: Unit peternakan Koperasi
“SAE” Pujon
Suwito, W dan S. Nurini. 2006. Penyakit pada sapi dipuskesmas godean tahun
2006 – 2008. http//peternakan.litbang.pertanian.go.id.
[30 September 2015]
Syatibi, A. 2012. System pakar diagnose awal penyakit kulit sapi berbasis
web dengan menggunakan metode
certainty factor. http://core.ac.uk/ downlo ad/pdf/ 11734851.pdf.
[03 Oktober 2015]
Toelihere, M.R. 2000. Fisiologi reproduksi penanganan ilmu kebidanan dan pengendalian ilmu kemajiran pada ternaksapi. Bogor: Fakultas kedokteran hewan
IPB
Widyastuti, E. 2002. Osena. http://coremap.or.id>downloads. [13 November 2015]
Wikipedia. 2014. Atritis. http://id.m.wikipedia.org?wiki>atritis. [29 November 2015]
Yulianto, P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran sapi potong secara intensif. Jakarta: Penebar Swadaya
Yuningsih.
2007. Keracunan nitrat-nitrat pada ternak
ruminansia dan upaya pencegahan. http://www.peternakan.litbang.pertanian.go.id>publikasi. [13 November 2015]
Yuriadi dan Thahajati. 2002. Isolasi dan uji sensitivitas bakteri salulan pernafasan
PE penderita pneumonia. http://journal.ugm.ac.id/jsv/articl e/viewFile/ 283/167. [03 Oktober 2015]
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Data
populasi ternak kabupaten
Tanah Laut tahun 2013
POPULASI
TERNAK
TAHUN
2013
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah Sapi Potong
|
1
|
Pelaihari
|
11.859
|
2
|
Bajuin
|
4.695
|
3
|
Takisung
|
10.720
|
4
|
Panyipatan
|
11.131
|
5
|
Jorong
|
3.690
|
6
|
Batu Ampar
|
7.995
|
7
|
Kintap
|
1.939
|
8
|
Tambang
Ulang
|
2.030
|
9
|
Bati Bati
|
2.243
|
10
|
Kurau
|
743
|
11
|
Bumi Makmur
|
62
|
Sumber
: (Disnak Tala, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar